BUDIDAYA KAWUNG


FILOSOFI  TANGKAL KAWUNG


Dalam bahasa sunda kita kenal suatu filosofi yang sering diungkapkan yaitu "Tungkul ka jukut tanggah ka sadapan."  Tungkul ka jukut ; bahwa kita mesti melihat kebawah karena yang ada dibawah dapat memberikan lantaran kehidupan yang lebih baik seperti jukut (rumput) yang senantiasa selalu kita injak, akan tetapi rumput itu memberikan makna kehidupan terhadap mahluk lain seperti ternak dan ternakpun memberikan makna kehidupan terhadap manusia.  Tanggah ka sadapan ; Kita mesti melihat kepada sebuah pohon (tangkal) kawung dimana orang- orang senantiasa selalu memampaatkan apa yang terdapat didalamnya, karena hampir seluruh bagian dari tangkal kawung bermampaat dan berguna bagi kehidupan mahluk lain. Oleh karena itu sangat pantas makna itu diadopsi dalam kehidupan kita, keluarga, masyarakat dan bangsa dengan prinsip bahwa kita hidup dapat bermampaat dan berguna bagi  yang lainnya. "Itulah sekelumit Filosofi Tangkal Kawung Dalam Makna Kehidupan."

FUNGSI KONSERVASI DAN PRODUKSI

Tangkal Kawung dapat tumbuh subur didaerah pegunungan yang memiliki kelembaban tanah 80 %, pohon ini tumbuh alami dan menyebar karena terbawa binatang careuh. Akan tetapi kita dan masyarakat kurang tergugah perhatiannya terhadap tangkal kawung tersebut sehingga tumbuh liar berkembang dengan sendirinya dan kurang mendapat perhatian atau perawatan.  Padahal sungguh luar biasa mampaatnya terhadap peningkatan pendapatan keluarga jika dikelola dengan baik. Hampir seluruh bagian dari pohon ini dapat dimampaatkan menjadi berbagai produk yang mempunyai nilai jual dan bernilai ekonomi mulai dari akar, batang, daun, bunga, buah, cangkang buah, tangkai malai, ijuk dan tentunya produk gula yang diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari dan seterusnya. Disamping itu peran dan pungsi dari keberadaan tangkal kawung yang merupakan tanaman konservasi, juga  sangat mendukung terhadap kelestarian sumber daya alam dan sangat efektif dalam penanggulangan degradasi lahan dan reboisasi.

BISNIS PROSES TANAMAN KAWUNG


INVESTIGASI
Propinsi Jawa Barat yang berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah terdapat beberapa Desa yang masuk wilayah Kabupaten Kuningan yaitu Desa Mandapa Jaya, Desa Jatisari, Desa Pamulihan dan Desa Legok Herang.  Berdasarkan peta topografi daerah tersebut menunjukkan bentang alam pegunungan,  daerah perbukitan,  dimana-mana terdapat daerah tebing dan terdapat daerah aliran sungai yang secara umum riskan terhadap bahaya longsor. Sehingga upaya pencegahan terhadap bahaya tersebut harus dilakukan sejak dini. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah adanya kepedulian masyarakat setempat untuk membudidayakan tanaman kawung sebagai tanaman  yang efektif dalam penanggulangan bahaya longsor.  Berdasarkan investigasi atau penelusuran bahwa daerah-daerah  tersebut dimana-mana tumbuh subur tangkal kawung  dan sudah menjadi bagian dari ekonomi masyarakat setempat secara turun menurun yang dikelola masing-masing (individu). Walaupun tangkal kawung tidak secara khusus mendapat perawatan ( tumbuh liar ), tetapi masyarakat mengakui bahwa tanaman tersebut mempunyai nilai ekonomi yang baik. Oleh karena itu masyarakat dan secara khusus  generasi muda untuk ikut memikirkan akan kelestarian tanaman tersebut supaya tidak punah. Langkah awal dalam upaya melestarikan tanaman tersebut adalah membentu "KOMUNITAS PELESTARI TANAMAN KAWUNG" sebagai pemerhati  lingkungan sekaligus yang dapat membudidayakan tanaman kawung.

BUDIDAYA KAWUNG
Usaha pengembangan atau budidaya tanaman tangkal kawung didaerah masih sangat memungkinkan, karena masih terdapat lahan-lahan kosong yang dapat ditanami, seperti lereng-lereng atau tebing dan lainnya. Kawung dapat dilakukan pembibitan secara genetatif melalui bijinya (caruluk) dan untuk memperoleh bibit yang baik, benih dapat diambil dari pohon yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Batang pohon besar dan pelepah daun merunduk serta rimbun. Untuk kepentingan produksi nira dan turunannya dapat menggunakan  varietas dalam berbagai pohon/tangkal  induknya.  
2. Pohon terpilih melalui  produktifitas yang tinggi,  hal  ini perlu diperiksa produktifitasnya dengan menyadap nira dari mayang jantan pertama atau kedua dan apabila hasilnya banyak, pohon pantas dijadikan pohon induk dan tidak lagi disadap niranya agar kwalitas benih tetap baik.   
3. Pemilihan buah yang matang ditandai kulit berwarna kuning kecoklatan  dan berkualitas dengan diameter buah kurang lebih 4 cm. 
4. Pengambilan buah dari posisi bagian luar dan disimpan selama  dua  minggu  pada karung plastik atau kardus untuk memudahkan pemindahan biji (benih) dari kulitnya. Dalam pemilihannya harus menggunakan sarung tangan karena dapat menimbulkan gatal pada kulit. Pemindahan biji dapat juga melalui proses pebusukan agar mudah dalam pengambilan biji.   
5. Persemaian dapat menggunakan media campuran pasir dan serbuk gergaji dengan perbandingan 2:1. Untuk mempercepat pengecambahan, biji dapat digosok dengan ampelas pada bagian punggung tempat keluar apokolnya, kemudian biji direndam dalam air sehingga meresap kedalam endosperm lalu disemaikan terus benih disiram tiap hari agar kelembabannya terjaga.
6. Setelah disemai dan membentuk apokol mencapai panjang 3 - 5 cm dipindah ke tempat pembibitan atau kedalam kantong plastik ( polibag ) yang berdiameter 25 cm yang telah diisi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang. Bibit - bibit yang telah dipindahkan memerlukan penyiraman dan naungan supaya terhindar dari cahaya matahari secara langsung.
7. Bibit dapat dipindahkan (ditanam ) ketempat yang telah disiapkan setelah berumur 6 - 8 bulan sejak daun pertama terbentuk.

   




Ditulis  Oleh :   Putra Citetel
Sumbangsih  pemikiran untuk  kita dan
Masyarakat terutama generasi muda di
daerah.


Atas perhatiannya diucapkan
terima kasih selamat membaca
"KAWUNG  INSPIRASI KITA"


Komentar

  1. Pikabungaheun pedaranana.

    Tanggah ka sadapan 🙂🙂

    Eta nyebatkeun Pamulihan, dimana eta teh ?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer