MANDAPA JAYA

HISTORIOGRAFI

DESA MANDAPAJAYA
Mandapa dan Legok Herang  pada awalnya sama- sama berada diwilayah Desa Pamulihan. Pada waktu  itu tokoh dari Mandapa  dan tokoh dari Legok Herang  datang ke Wadana   Luragung memohon agar daerahnya dijadikan Desa. Akan tetapi Wadana Luragung tidak berkenan mengabulkan permohonan kedua tokoh tersebut dan marah terhadap mereka, sehingga tokoh dari Mandapa meninggalkan tempat itu, tetapi dalam keadaan Wadana marah tokoh dari  Legok Herang tidak bergeming dari tempat itu beliau terus duduk  menunggu dengan sabar  agar permohonannya bisa dikabulkan. Pada akhirnya permintaan dari tokoh Legok Herang tersebut mendapat ijin untuk mendirikan sebuah Desa, maka berdirilah Desa Legok Herang.
Untuk wilayah Mandapa baru pada tahun 1978 diberikan ijin mendirikan Desa dengan menamakan Desa Mandapa Jaya.  Dalam perkembangannya  Desa-desa  tersebut terus melakukan tata kelola pembangunan diberbagai sektor ditandai dengan keberadaan sarana dan prasarana seperti Balai Desa, Sokolahan, Mesjid, Perbaikan jalan, situs -situs bersjarah juga terus diperbaiki  sebagai area yang dapat dijadikan objek wisata religi.

SEJARAH
Mandapa daerah yang mempunyai riwayat perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang mungkin tidak pernah tercatat,  akan tetapi ceritanya berkembang dimasyarakat.
Cerita sejarahnya  sampai ke masyarakat Majalengka dan Sukabumi karena mereka sebagai pelaku sejarah pada masa itu.
Sebagai contoh ;   Seorang warga Majalengka yaitu Almarhum Bapak "PURNAMA" beliau pernah bercerita bahwa dirinya pernah bertugas di Mandapa bersama-sama dengan Bapak UMAR WIRA HADIKUSUMAH  yang kemudian pada era orde baru beliau menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Demikian juga yang disampaikan seorang skuriti yang sedang bertugas di Taman Wisata Salabin Tanah Sukabumi, menuturkan cerita yang sama bahwa dirinya pernah bertugas di Mandapa.  Dari keterangan kedua pelaku sejarah tersebut bahwa di Mandapa pernah didirikan "Markas Teritorial  Tentara Indonesia" malahan disebutkan oleh mereka "Markas Besar" yang berfungsi  untuk menghalau Tentara Belanda yang pada waktu itu turun/masuk di wilayah Cilacap. Pada waktu itu yang bernama Umar Wira Hadikusumah selepas tugas sering menginap di Subang dan keesokannya kembali ke  Mandapa/Markas Tentara untuk bertugas.   Oleh karena itulah barangkali di Subang  dibuatkan tugu pejuangan tutur Bapak Purnama,  akan tetapi berdasarkan  pendapatnya tugu perjuangan tersebut seharusnya dibangun di wilayah Mandapa.
Dari cerita kedua pelaku sejarah tersebut menunjukkan bahwa Mandapa adalah daerah yang memiliki  sejarah penting.
Sejarah lainnya, berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat bahwa ;
*Di Mandapa bakal ngadeg nagara sorangan ( dalam dialek bahasa sunda ) 
*Kata "MANDAPA" apakah ada kemungkinan hubungannya dengan seseorang  putri       keturunan Pajajaran yaitu yang disebut "DEWI MANDAPA/DEWI TANDURAN GAGANG" yang menghilang yang dalam keyakinan orang sunda "ngahiyang/muksa" ?
*Ditengah-tengah masyarakat ada tradisi yang dilakukan suami apabila istrinya baru melahirkan membawa "Bali untuk dilayarkan". Apakan tradisi ini juga ada hubungannya dengan seseorang yang disebut "DEWI BALILAYARAN" putra perempuan Prabu Siliwangi ?
Itu semua membutuhkan sumber primer  dan pendapat tokoh-tokoh masyarakat setempat, karena cerita diatas ada kemiripan dan kesesuaian dengan sejarah yang tertulis pada sebuah buku "BABAD TANAH CIREBON" yang dibuat oleh "P.S. SULENDRANINGRAT" yang lahir tahun 1914, waktu itu beliau sebagai Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Wilayah III Cirebon dan dicetak/terbit tahun 1984. 
Didalam bukunya berjudul "BURAK PAJAJARAN".
Dikisahkan bahwa pada waktu itu Ki Kuwu Sri Mangana/Cakrabuana menghadap Sunan Gunung Jati untuk menyapaikan bahwa Rama Prabu Siliwangi mengutus 60 wadyabala/pasukan dipimpin oleh Tumenggung Jagabaya untuk meninjau keadaan anak cucunya di Cirebon, dan ke enam puluh wadyabala serta pemimpinnya telah di Islamkan. Ki Kuwu Cakrabuana menyarankan bahwa Sunan Gunung Jati sudah waktunya mendatangi Pajajaran, untuk mengislamkan kakek dan kerabat-kerabatnya barangkali sudah agak condong /mau masuk Agama Islam. Sunan Gununng Jati memenuhi saran dari uanya dan bertolak ke Pajajaran disertai Ki Kuwu Cakrabuana.  Akan tetapi kedatangannya telah diketahui oleh Kibuyut Talibarat, dan melaporkan kepada Prabu Siliwangi  menceritakan bahwa anak dan Cucunya akan bertolak /datang ke Pajajaran hendak mengislamkan  Sang  Prabu dan sanak kerabatnya di Pajajaran.  Ki Buyut Talibarat mengusulkan bahwa sang Prabu segera ngahyang sekarang juga, karena sang putra dan cucu sebentar lagi datang biarkan Kraton ditanami lidi pusaka. Karena  Prabu Siliwangi  sangat kuat dalam memegang  agama yang mereka yakini pada masa itu,  maka Prabu Siliwangi  mengikuti saran Ki Buyut Talibarat terus ngahyang menghilang tanpa bekas dan Keraton terlihat menjadi hutang  besar nan lebat. Seluruh para pamili, putra putra sentara tidak dibawa/ikut dengan Sang  Prabu, tertinggal di Keraton Pajajaran pada tahun 1482 Masehi.
Tidak antara lama datanglah Sunan Gunung Jati dan Ki Kuwu Cakrabuana di Pajajaran, dan mereka mengetahui bahwa  Sang Pabu sudah tidak ada dalam Keraton. Tetapi mereka masih tetap melihat Keraton Pajajaran dengan jelas, dan terus masuk untuk mengislamkan yang masih ada di Pajajaran.   Akan tetapi ada yang memohon kepada Sunan Gunung Jati  mau masuk islam tetapi diakhir jaman, dan Sunan Gunung Jati mengabulkannya tetapi barang siapa yang masuk kepada  agama tidak diperbolehkan campur dengan manusia menjadi siluman macan dan yang telah masuk agama Islam sesuai perintah Sunan hendak tinggal di Cirebon, karena Sang Prabu jelas sudah tidak ada dan Keraton dipastikan menjadi hutan belantara tidak ada Raja lagi. Akhirnya pamili Sunda/Pajajaran bubar ke tujuan masing-masing ada yang ke Sumedang, Batu Layang,  Panjalu,  Kuningan, Limbangan  dan  ketempat
lain dan dalam sejarah tersebut ada yang tinggal /pergi ke "PASIR PANJANG."  Dalam hal ini yang dimaksud Keturunan Pajajaran yang ke Pasir Panjang adalah yang  bertempat di Dukuh,  yang sampai sekarang  keberadaannya  masih dikenal masyarakat  sekitarnya.
Dalam buku sejarah tersebut masih diceritakan bahwa  ada putra perempuan  Prabu Siliwangi yang tertinggal di Pajajaran yang bernama "DEWI BALILAYARAN" yang dapat jodoh dengan  seorang Satria trah/keturunan Galuh membangun Keraton  di luar ibu kota Pakuan Pajajaran yang disebut Sunan Kabuaran meneruskan nama Pajajaran.  Negaranya dibubarkan oleh pasukan Banten "Sultan Maulana Yusuf yang dibantu wadyabala/pasuka Cirebon "SultanPanembahan Ratu" dan wafat tahun 1579 Masehi.  Diceritakan kembali bahwa setelah peristiwa itu masih terdapat putra perempuan dari Sunan Kabuaran /Dewi Balilayaran, yang bernama "DEWI MANDAPA  disebut juga DEWI TANDURAN GAGANG"  dari penerus inilah diceritakan bahwa yang  jadi  lantaran kelak ada Raja menyelang dijaman akhir.                                                                                                                                                                  
1. GRAND  LONG  SAND ( GLS )
2. GRAND MOUNTAIN SUBANG ( GMS )





Komentar

Postingan Populer